Minggu, 08 Maret 2015

Sosialita Cilik

          Selesai pelajaran  jam terakhir, anak – anak alam ini bergegas untuk mengambil air wudhu secara bergiliran, kemudian membaca doa selesai berwudu dihadapan para guru. Yap pembiasaan lain dari sekolah alam ini adalah dengan membiasakan anak untuk mengedepankan masalah ibadah dengan menjalankan kewajiban 5 waktunya disekolah secara berjamaah. Meskipun sekolah ini tidak berlabel Islam tetapi dalam masalah akhlaq dan pembiasaan lainnya berlandaskan nilai-nilai yang diajarkan oleh Islam.
          Setelah menunaikan solat, kemudian anak-anak makan siang bersama dengan membentuk lingkaran besar, makan tidak akan dimulai jika ada anak yang belum siap untuk makan dan masih jalan sana sini. Setelah lengkap lalu anak – anak membaca doa makan dengan dipimpin salah seorang anak yang memang kelasnya menjadi giliran dipakai untuk kegiatan makan siang. Setelah makan melakukan kegiatan akhir yaitu piket kelas dan kamar mandi sesuai dengan jadwal bergilir tiap kelas sambil menunggu bel pulang berbunyi.
         
Setuju bahwa anak alam itu unik, bahkan mungkin kita tidak akan bisa menemukan keunikan mereka disekolah yang lain. Tapi disekolah ini tingkah mereka membuat saya bisa tertawa geli. Entah para orang tua mereka menyadari keunikan mereka atau tidak dalam kesehariannya.
Seperti biasanya setelah kegiatan mereka selesai, waktu mereka dipakai untuk bermain sambil menunggu para orang tuanya menjemput. Saya mengamati tingkah para perempuan kecil ini didalam kelas. “nanti kamu tidur dilantai 1, kamu di lantai 2, dan kamu dilantai 6 ya?”, “gimana sih kamu.. kan sudah kaka bilangin tidak seperti itu”,  sahut salah satu anak perempuan yang dipanggilnya sebagai kakak, sedangkan pengikutnya dipanggil dengan sebutan adik 1, 2, 3, dan seterusnya. Sebagai pengamat saya mengikuti setiap dialog mereka, sambil berfikir mungkin main kaka kakaan atau main ibu ibuan seperti yang pernah saya lakukan pula saat masih kecil. Lucu saja dengan tingkah mereka yang membuat senyum-senyum sendiri, salah satu anak perempuan yang dituakan dan semoga saja tidak jadi dewasa sebelum waktunya tiba. Ada beberapa anak yang memang agak centil dengan gaya seperti orang dewasa, lebih tepat seperti para ibu ibu sosialita dengan gaya hembringnya berkumpul dalam satu komunitas dan berbicara layaknya orang dewasa, mengatur ini itu, membawa handphone model terbaru padahal handphone plastik yang bisa berbunyi yang biasa sering ditemukan di abang-abang mainan yang terjaja dipinggir jalan. Memakai gelang gelang beronce manik imut, sepatu, dan gaya busana.

Para ibu kecil ini biasa berkumpul dengan komunitas sosialitanya dibawah pohon ceri depan kelas atau didalam kelas. Bahkan mereka sudah bisa menilai lawan jenisnya, mana yang paling ganteng dan tidak, “masya allah.. kecil – kecil sudah kenal cowo”.. kadang disini saya merasa sedih J. *waalahu ‘alam bishawwab*

4 komentar:

  1. jangan sedih Bu Put #ngasih tisu. InshaAllah mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang shalihah di bawah bimbingan guru baik seperti Bu Putri.

    BalasHapus
  2. kekekek :D *disitu kadang saya merasa lucu... tiada hari saat ngobrolin anak2 disela waktu senggang kami bisa tertawa lapas..

    BalasHapus
  3. Ah itu belum seberapa kalo dibandingin saat mereka main jadi wanita karir. Asli lucu. 😂

    BalasHapus
  4. sosialita itu kan udah mencakup smuanya,,kalo terlalu detail kepanjangan pak... itu aj tulisan latarnya sampe putih :D

    BalasHapus